PROMO BULAN INI

Nah.... Sekarang buat adik-adik yang dapat juara kelas !
Dapatkan Voucher Beasiswanya..

Untuk adik-adik yang :
JUARA 1 - dapat 4 bulan
JUARA 2 - dapat 3 bulan
JUARA 3 - dapat 2 bulan

Persyaratan:
Hanya lampirkan fotocopy raport sekolah pada saat pendaftaran..

Selain itu bagi yang mendaftar dapatkan HARGA KHUSUS !!!
untuk jam 13:00 - 14:00, Bisa hemat sampai Rp. 175.000,-

Buktikan Sendiri! Ayoo.. buruan daftar ya...

PASTIKAN PUTRA PUTRI ANDA LEBIH CERDAS DAN KREATIF BERSAMA KAMI MENHADAPI ERA GLOBALISASI


Noda Hitam Di Atas Kertas Putih

Di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga bersama anak tunggal mereka. Karena anak semata wayang, si anak cenderung manja dan kurang mandiri. Orang tuanya sering menasehati kebiasaan yagn kurang baik itu. Terutama, kebisaannya menyalahkan orang lain, entah kawan, atau bahkan orang tuanya sendiri. Anak ini sangat pandai mencari-cari dan menunjukkan eksalahan orang lain, bahkan kadang hanya bertujuan untuk mempermalukan orang yang berbuat salah walaupun tanpa sengaja.

Suatu hari, karena kurang hati-hati, anak tersebut terjatuh. Segera dia berteriak ke ayahnya,”Aduh, ayah sih meletakkan ember di sembarang tempat! Aku jadi jatuh, sakit nih.” Ayahnya menolong sambil berkata,” Bukan salah ayah atau embernya,ember itu setiap hari berada di tempatnya, tetapi kamu yang tidak berhati-hati berjalan sehingga terpeleset dan jatuh. Kalau jalan yang hati-hati ya, Nak.” Dengan bersungut-sungut si anak pergi begitu saja.

Pada suatu ketika, si anak berjalan-jalan di pinggir hutan. Di tengah huatan, matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya. “Wah, madu lebah itu pasti enak dan menyehatkan badan. Aku akan usir lebah-lebah itu dan mengambil madunya.” Maka, ia pun mengambil sebatang bambu dan mulai menyodok sarang lebah dengan keras. Ribuan lebah mulai terusik dan berbalik menyerang si anak. Melihat binatang kecil yang begitu banyak beterbangan ke arahnya, segera dia berlari terbirit-birit. Lebah-lebah yang marah pun mengejar dan mulai menyengat.

“ Aduh…tolong…tolong,” anak itu berusaha lari dan menghindar. Ketika tiba di tepi sungai, segera dia menceburkan ciri ke sana. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan buruannya yang basah dan kesakitan. Dari kejauhan, mendengar teriakan anaknya, sang ayah bergegas berlari mendatangi untuk menolongnya.

Setibanya disana, si anak dengan muka kesal dan nada marah berkata keras ke ayahnya,” Mengapa ayah tidak segera menolongku? Lihat nih, bajuku basah kuyup kedinginan, badanku sakit terkena sengatan lebah! Seandainya ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkanku sehingga aku tidak perlu mengalami hal seperti ini. Semua ini salah ayah!” ujarnya seraya mengibaskan dengan kasar tangan ayahnya yang terlulur. Sang ayah yang berniat menolong menjadi terdiam kaget dan menghela napas. Mereka pun berjalan pulang ke rumah bersama sambil berdiam diri.

Malam harinya, menjelang tidur, sang ayah menghampiri anaknya sambil membawa selembar kertas putih,” Anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini?” Setelah memperhatikan sejenak si anak menjawab,” Itu hanya kertas putih biasa, tidak ada gambar. Kenapa ayah menanyakan?” tanpa menjawab, ayahnya menggunakan sebuah bolpen unutuk membuat sebuah titik hitam di kertas putih itu. “ Apa yang kamu lihat dari kertas putih ini?”

“ Ada gambar titik hitam di kertas putih itu!” Jawab si anak keheranan. “ Anakku, mengapa engkau hanya melihat satu titik hitam pada kertas putih ini? Padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Ketahuilah anakku, kertas ini sama seperti cara pandangmu. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan ayah maupun kesalahan orang lain, padahal masih banyak hal-hal baik yang telah ayah dan orang lain lakukan kepadamu. Semua kebaikan orang lain, seberapa besar pun seakan-akan tidak ada artinya, sebab engkau hanya melihat dan memperhatikan noda hitam itu, yakni kesalahan orang , yang walau sekecil apapun menjadikanmu marah-marah dan tidak senang hati. Sikapmu singgih tidak terpuji dan harus kamu ubah! Kesialan yang datang padamu karena ketidak hati-hatianmu, jamgan limpahkan kekesalanmu kepada orang lain. Apakah kamu mengerti?” sambil menundukkan kepala si anak mengangguk dan menjawab lirih,” Maafkan ananda yah. Ananda salah selama ini. Tolong ingatkan bila ananda masih melakukan kesalahan yang sama.”

Pembaca yang bijak,

Pepatah mengatakan,” Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan kelihatan.” Kalau setiap masalah yang timbul kita bisa melihat kelemahan kita dahulu, bukan kesalahan orang lain, maka sikap positif seperti itu akan bisa mengoreksi kesalahan da sekaligus mengembangkan kekayaan mental demi kemajuan diri.

Sebaliknya kebaikan orang lain, sekecil apapun, janganlah menjadi tidak berarti di mata kita. Apalagi kebaikan orang tua sendiri. Titik hitam yang tergores, apalagi bila tidak sengaja, tidak berarti menghilangkan dan menutupi lembaran luas di kertas putih yang berupa semua kebaikan yang telah dilakukan untuk kita.

Mari kita koreksi diri sendiri, sebelum menyalahkan orang lain. Lihat benar-benar dari manakah sumber sebuah masalah, jangan terburu menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam.

Sebab, dengan mau mencari tahu kesalahan dan kelemahan diri sendiri, maka kita siap untuk belajar dan memperbaiki kesalahan yang ada. Dengan sikap mental positif yang sudah terbangun, tentu ini merupakan modal kita untuk menciptakan kesuksesan hidup yang lebih baik.

“ Kalau kita memandang secara positif setiap masalahyang muncul dari kacamata kelemahan kita dahulu, bukan pada kesalahan orang lain, maka kita akan mudah mendapatkan solusi yang terbaik dalam memecahkan masalah itu.”

0 komentar: